Tidak berapa lama dari tanda-tanda bencana besar yang dikirimkan sang pencipta alam ini melalui kecelakaan KA Argo Bromo Anggrek dengan KA Senja Utama, maka tersebutlah giliran bencana di papua barat, kabupaten teluk wondama, lebih tepatnya kota wasior, seperti di beritakan di bawah ini
Kedahsyatan bencana banjir wasior ini digambarkan mirip gelombang Tsunami seperti di tuliskan oleh media kompas.com, Bagaikan Tsunami Menyapu Rumah Warga
APWarga berkumpul di bekas banjir bandang di Wasior, Papua Barat, Selasa (5/10/2010). Banjjir bandang menyebabkan korban jiwa mencapai 56 orang dan merusak puluhan rumah warga.JAKARTA, KOMPAS.com — Data sementara yang diperoleh dari Palang Merah Indonesia Papua Barat hingga Kamis (7/10/2010) pukul 06.30 WIT, korban tewas akibat banjir bandang di Wasior, Papua Barat, mencapai 87 orang dan luka-luka 837 orang. “Sampai tanggal 7 Oktober 2010 pukul 06.30 WIT, korban meninggal tercatat 87 orang, luka-luka 837 orang,” kata Sekretaris PMI Daerah Papua Barat La Abidin di lokasi ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis. Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, terjadi pada Minggu pagi dan memorak-porandakan ratusan rumah warga serta berbagai fasilitas umum lainnya. Abidin mengatakan, sampai hari kelima ini, masyarakat masih trauma atas kejadian tersebut sehingga masih mengungsi ke Manokwari dan Nabire.Tim PMI masih terfokus memberikan pelayanan kesehatan dan evakuasi korban tertimbun longsor. Selain itu, tim PMI juga melakukan pendataan di tempat pengungsian. “Saat ini kebutuhan mendesak di lokasi bencana adalah sarung tangan tebal, kantong jenazah, dan masker untuk mengangkat jenazah dari timbunan longsor yang mulai rusak kondisi tubuhnya,” kata La Abidin. Selain itu, juga dibutuhkan segera air minum, selimut, sepatu boot, gergaji mesin, serta kendaraan roda dua dan empat untuk mengangkut logistik.
KOMPAS.com - Mungkin tak pernah terbayangkan bagi warga Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, untuk mengawali pekan dengan bencana. Akibat banjir bandang, Selasa (5/10/2010) malam, tercatat 60 orang tewas dan 50 orang hilang. Senin sekitar pukul 08.30, ketika sebagian warga siap-siap beraktivitas, terdengar suara gemuruh bersama datangnya luapan air Sungai Batang Salai yang membelah Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama.
Hujan tiada henti sejak hari Minggu sampai Senin dini hari, menyebabkan sungai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy tersebut meluap. Selain air dan lumpur, banjir bandang membawa serta bebatuan dan batang-batang kayu berikut akarnya. Akibatnya, rumah-rumah warga di tepi kiri kanan sungai hancur tersapu air. ”Warga yang sudah ke luar rumah bergegas menyelamatkan diri ke perbukitan atau daerah yang lebih tinggi. Sementara warga yang masih di dalam rumah tidak semua bisa menyelamatkan diri. Rumah warga yang umumnya semipermanen dari bahan kayu tergerus dan runtuh. Itulah yang menyebabkan jatuh banyak korban jiwa,” kata Silami, Asisten I Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
Posko bencana alam di kantor bupati setempat mencatat, sampai Selasa malam, jumlah korban tewas mencapai 60 orang, sementara 50 warga masih dicari. Informasi dari posko menyebutkan, di antara 60 orang korban tewas, terdapat tiga anggota polisi dan seorang dokter yang bernama Since Homedong.
Ratusan warga yang selamat ataupun luka-luka mengungsi ke sejumlah ruangan di kantor bupati yang terletak di daerah perbukitan. Sebagian korban berbaring di teras kantor tersebut. Sesekali mereka mengerang kesakitan karena luka yang diderita akibat terhantam puing-puing rumah yang tergerus banjir. Mereka umumnya belum mendapatkan perawatan medis. ”Bantuan medis belum tiba semenjak banjir bandang yang mirip tsunami ini,” ujar Silami.
Infrastruktur hancur
Dari pantauan Kompas, situasi Wasior sepanjang Selasa malam gelap gulita karena instalasi listrik rusak parah dan aliran listrik terputus. Penerangan di posko hanya mengandalkan lampu minyak tanah. Jalan-jalan juga tidak bisa dilewati kendaraan karena di beberapa titik terdapat timbunan bebatuan dan lumpur setinggi pinggang orang dewasa. Jaringan komunikasi juga terputus.
Letda (Inf) M Thesia, perwira Kodim 1703/Manokwari yang mengoordinasikan pencarian korban, mengatakan, pihaknya membutuhkan bantuan tenaga medik dan obat-obatan serta pasokan pangan untuk disalurkan kepada warga yang luka-luka ataupun selamat. Selain itu, dibutuhkan juga bantuan alat berat dan tim SAR untuk mencari korban yang hilang. Terputusnya jaringan komunikasi membuat Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol (Inf) Susilo yang bermarkas di Jayapura kesulitan menghubungi pejabat teritorial di lokasi kejadian.
Tidak ada jalan darat dari Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, ke Kabupaten Teluk Wondama. Untuk menuju wilayah terpencil di ”kepala burung” Papua itu, orang harus menempuh perjalanan laut sekitar 10 jam dari Manokwari dengan menumpang armada patroli Angkatan Laut atau kapal-kapal pengangkut kayu gelondongan yang hilir mudik Teluk Wondama-Manokwari. Lapangan terbang Wasior dilayani maskapai penerbangan Susi Air dengan rute Wasior-Manokwari dan Wasior-Nabire. Namun, saat ini landasan pacu terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa. (ICH/NAR)
Gambaran banjir wasior yang mirip tsunami aceh atau paling tidak mengingatkan pada bencana tsunami aceh, digambarkan dengam ilustrasi, Wasior Mirip Aceh Pasca-tsunami
Entah sengaja atau tidak, gambaran bencana banjir wasior mengingatkan pada kejadian tsunami aceh, adalah sebuah tanda yang benar, yaitu sebelum terjadinya banjir wasior, maka sesungguhnya, Allah swt telah mengirimkan pertandanya kepada manusia, seperti pula hal itu telah dilakukan pada kejadian sebelum Tsunami Aceh 26-desember-2004 lalu, baca Tsunami Aceh 26-DESEMBER-2004
Sungguh itulah kehatian-hatian atas tanda yang dikirimkan oleh Allah swt, yang berupa KA yang tergolong ‘mewah’ menabrak KA kelas bawahnya hingga menyebabkan penumpang KA kelas bawah yang menjadi korban. Bandingkan dengan kejadian banjir wasior, dimana wasior adalah kota di papua barat, ketika empat KA saling bertabrakan, sesungguhnya, itulah kejadian untuk pak Freddy N asal papua agar berthati-hati setelah sebelumnya gempa di papua barat terjadi. Lewat KA argo bromo menabrak KA senja utama dan KA Bima yang menabrak Ka Gaya Baru, sesungguhnya, panggilan untuk pak MenHub asal papua akan sebuah bahaya, dimana sebelumnya terjadi gempa di papua barat.
Selain karena persoalan cuaca ekstrem, Banjir Wasior Diduga Akibat Pembalakan Liar dimana, lazimnya yang terjadi masalah raja hutan adalah pihak-pihak berduit daripada orang biasa. Tata laksana masalah hutan menghutan, menjadi lebih rumit ketika, KPK Didesak Periksa Bupati Teluk Wondama
Banjir Wasior, Sebuah Tanda Yang Benar
AFP PHOTOBanjir bandang dan longsor melanda Teluk Wondama, Papua Barat, Senin (4/10/2010).JAKARTA, KOMPAS.com — Terjangan banjir bandang yang melanda Kota Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, membuat kota itu mirip Aceh pasca-tsunami beberapa waktu lalu. Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah Velix Wanggai kepada Kompas di Jakarta, Kamis (7/10/2010). Menurut Velix, kerusakan Kota Wasior sebagai ibu kota Kabupaten Teluk Wondama mencapai 80 persen. Hujan deras yang turun selama lebih kurang satu minggu di pegunungan diduga menjadi pemicu naiknya permukaan lima kali yang membelah Kota Wasior.
Velix, yang saat ini berada di Kota Wasior bersama Kepala BNPB Syamsul Maarif, menambahkan, Presiden telah memberikan bantuan dana senilai Rp 2 miliar. “Bantuan tahap awal itu melengkapi bantuan dana operasional tahap awal juga dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp 200 juta,” papar Velix. Namun, ia tidak merinci apakah Presiden Yudhoyono akan memberikan bantuan dana tahap berikutnya bagi korban banjir bandang tersebut.
PMI mencatat, hingga pagi ini korban meninggal sudah mencapai 87 orang, sedangkan korban luka mencapai lebih dari 800 orang. Mereka yang mengungsi ke Manokwari dan Nabire tercatat 4.000 jiwa. Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah mengingat timbunan lumpur di kota itu mencapai 2 hingga 3 meter.
Entah sengaja atau tidak, gambaran bencana banjir wasior mengingatkan pada kejadian tsunami aceh, adalah sebuah tanda yang benar, yaitu sebelum terjadinya banjir wasior, maka sesungguhnya, Allah swt telah mengirimkan pertandanya kepada manusia, seperti pula hal itu telah dilakukan pada kejadian sebelum Tsunami Aceh 26-desember-2004 lalu, baca Tsunami Aceh 26-DESEMBER-2004
Sebelum Tsunami Aceh, tanda-tanda akan bencana dahsyat itu telah dikirimkan berupa heli-heli Militer, TNI AL dan TNI AU yang berjatuhan secara beruntun dimulai tgl 22-des-2004 dan 23-des-2004. Pada saat itu, gubernur Aceh terlibat korupsi helikopter, maka tiga hari berikutnya, terjadilah tsunami itu.Kini, dengan banjir wasior, kejadian tanda sebelum tsunami aceh telah dikirimkan oleh Allah swt, kepada umat manusia (hal ini telah dituliskan sebelum banjir itu, lewat tulisan Di Balik Kereta Api Bertabrakan). Tepat tgl 2-oktober-2010, maka dua kejadian KA saling bertabrakan , kejadian pertama KA Argo Bromo Anggrek lawan KA Senja Utama, tidak berapa lama KA Bima lawan KA Gaya Baru malam. Tertuang di artikel tsb, tentang Menteri Perhubungan, yaitu Bpk Freddy Numberi asal papua., dimana sebelum itu, tepatnya papua Barat, di guncang gempa 7,4 SR, cuplikan artikel itu adalah:
KA YANG SALING BERTABRAKAN MIRIP DENGAN KEJADIAN SEBELUM TSUNAMI ACEHAkhir dari tulisan itu adalah sebuah penegasa yang jelas yaitu “sesungguhnya, kita harus hati-hati terhadap hal ini.” dan dari itu semua, 2 atau 3 hari setelah itu, maka Korban Tewas Banjir Wasior 83 Orang, 80% Kota Rusak
Dibalik itu semua (empat KA saling bertabrakan) itulah sebuah bahasa alam yang pernah terjadi sebelumnya, lewat tanda-tanda sebelum tsunami aceh 26-desember-2004….
Dua kejadian beruntun itulah akhirnya benar terjadi sebagai bencana super kelam dan super dahsyat yang disebut sebagai Tsunami Aceh.Pada saat ini, Menhub adalah Freddy Numbery dari papua, Menhub yang ke 29, dilantik tgl 22-oktober-2010 atau dua puluh hari sebelum satu tahun pelantikan tsb, maka KA saling bertabrakan, dimana tgl 2-oktober-2010 adalah 22 hari setelah hari raya idul fitri yang jatuh tgl 10-september-2010.Sebelum KA saling bertabrakan, Menhub dari Papua itulah terjadi gempa papua dilanjutkan dengan gempa Aceh, seperti bahasa alam yang menyatakan Papua dengan7,4 SR adalah KA Argo Bromo vs KA Senja Utama dengan korban 36 orang tewas, dan gempa Aceh 5,3 SR adalah KA Bima Ekspress vs KA Gaya Baru Malam dengan korban yang lebih kecil, 1 orang tewas.Dengan dua kejadian KA saling bertabrakan itu yang telah diberikan firasat sebelumnya, KA Argo Bromo Tabrak Senja Utama, Sudah Ada Firasat Sebelumnya , sesungguhnya, kita harus hati-hati terhadap hal ini.
Sungguh itulah kehatian-hatian atas tanda yang dikirimkan oleh Allah swt, yang berupa KA yang tergolong ‘mewah’ menabrak KA kelas bawahnya hingga menyebabkan penumpang KA kelas bawah yang menjadi korban. Bandingkan dengan kejadian banjir wasior, dimana wasior adalah kota di papua barat, ketika empat KA saling bertabrakan, sesungguhnya, itulah kejadian untuk pak Freddy N asal papua agar berthati-hati setelah sebelumnya gempa di papua barat terjadi. Lewat KA argo bromo menabrak KA senja utama dan KA Bima yang menabrak Ka Gaya Baru, sesungguhnya, panggilan untuk pak MenHub asal papua akan sebuah bahaya, dimana sebelumnya terjadi gempa di papua barat.
Selain karena persoalan cuaca ekstrem, Banjir Wasior Diduga Akibat Pembalakan Liar dimana, lazimnya yang terjadi masalah raja hutan adalah pihak-pihak berduit daripada orang biasa. Tata laksana masalah hutan menghutan, menjadi lebih rumit ketika, KPK Didesak Periksa Bupati Teluk Wondama
Nasional | Kamis, 29/07/2010 15:20 WIBItulah kejadian yang benar seperti kejadian sebelum Tsunami Aceh 26-desember-2004, yang terjadi sebagai Wasior jadi Kota Mati
Jakarta, (ANTARA) – Warga Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera memeriksa Bupati Teluk Wondama Albert Torrey dalam dugaan kasus korupsi di daerah tingkat dua di Papua itu. “Kami mendesak KPK untuk segera memeriksa Bupati Albert Torrey,” kata Ketua Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Adat Teluk Wondama , Yunus Ayomi kepada pers di Jakarta, Kamis. DPRD telah minta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengeluarkan izin pemeriksaan oleh aparat hukum . Namun sampai sekarang DPRD Teluk Wondama dan masyarakat belum melihat adanya surat izin pemeriksaan dari Kepala Negara.
Yunus Ayomi mengatakan pemeriksaan oleh KPK itu harus dilakukan karena hasil pemeriksan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan bahwa diduga terjadi tindakan korupsi di Kabupaten Teluk Wondama yang bernilai Rp 762,89 miliar. Sementara itu, Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Adat Wondama mencatat dugaan korupsi itu mencapai Rp755,79 miliar.
Ia mengatakan sampai saat ini Bupati Albert Torrey masih bertugas. DPRD Teluk Wondama bahkan telah mendesak agar penuntasan pemeriksaan kasus-kasus korupsi ini dituntaskan sebelum berakhirna masa tugas Bupati Albert Torrey tahun 2005-2010. “APBD Teluk Wondama sangat koruptif,” kata Yunus Ayomi.
Korupsi itu mencakup berbagai kegiatan mulai dari realisasi belanja subsidi, hibah dan bantuan sosial. “Selain itu, ada realisasi belanja pemerintah yang tidak ada bukti pertanggungjawabannya senilai Rp8,74 miliar dan bukti yang tidak memadai Rp5,71 miliar,” kata Yunus. Selain itu, terdapat pula realisasi belanja pimpinan dan DPRD yang tidak sesuai dengan aturan yang nilainya sekitar Rp6,86 miliar.
Hasil pemeriksaan semester kedua tahun anggaran 2007 menunjukkan bahwa tindakan merugikan negara itu mencakup penatausahaan keuangan yang tidak tertib, penggelembungan biaya nilai atau mark up serta keuangan yang belum ditagih atau disetorkan ke kas daerah, kata Yunus. Mark up itu diduga terjadi pada berbagai proyek seperti pembangunan rumah pastor, pemasangan jaringan listrik. Selain itu, terdapat kelebihan pembayaran pembangunan rumah rakyat, serta pengadaan baran dan jasa.(*/tdy)
MANOKWARI- Korban bencana banjir bandang yang melanda kota Wasior,Kabupaten Teluk Wondama Selasa pagi lalu (4/10), terus bertambah. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Barat,Decky Amnir kepada wartawan,menyatakan,hingga kemarin,korban meninggal sebanyak 29 orang,7 dinyatakan hilang. Korban tewas disemayamkan di tiga titik, yakni ruang tunggu Bandara Margono Wasior, di Masjid Al Falah dan Kantor Bupati Lama Hingga kini, seluruh mayat dievakuasi tim SAR dan rencananya dikebumikan secara massal. Selain itu juga,sebanyak 54 korban luka berat dievakuasi ke Nabire dan 7 lainnya di RSUD Manokwari.
Sampai kemarin, aktivitas perekonomian dan akses transportasi di Wasior, lumpuh total. Penerbangan dari dan ke Wasior pun menjadi terhambat, karena Bandara Wargono, juga terjebak dalam banjir. Satu armada jenis twin Otter milik Maskapai penerbangan Susie Air pun tidak bisa take off, setelah terjebak banjir. Kondisi parah terjadi di lima titik, yakni Kota Wasior, Waskam, Rado, Manggurai dan Sanduai. Selain korban tewas, ratusan bahkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban dipastikan bertambah, sebab banyak warga diyakini masih terperangkap di reruntuhan bangunan saat banjir melanda. Selain itu, banyak pula warga yang belum berhasil ditemukan. Proses evakuasi hingga kini masih terus dilakukan.
Kerusakan paling parah terjadi di Kampung Sanduway Distrik Wasior Kampung. Selain itu, kerusakan cukup parah terjadi pula di Rado, Dotir, Tandoway dan Wasior Kota. Bahkan hampir semua lokasi di Wasior mengalami kerusakan parah. Salah satu korban banjir, Yemi Pallo Suabey mengatakan, banjir bandang terjadi sejak pukul 08.00 WIT . Banjir awalnya dari sungai Kiot lalu menyebar ke arah utara dan selatan. Dikatakan, banjir pertama dirasakan tak begitu parah. Namun banjir yang terjadi selanjutnya yang meluluh lantakan semua sarana umum seperti sekolah, sejumlah gedung milik pemerintah maupun perumahan warga. Dikarenakan, banjir tersebut menyeret sejumlah besar matrial semisal pasir, lumpur, batu dan batangan kayu berukuran besar.
Menjelang pukul 10.00 WIT, air sungai tersebut meluap dengan ganasnya dan menghantam seluruh bangunan yang ada. Akibatnya, ribuan rumah warga dan sarana umum seperti sekolah, pasar dan bangunan lain rusak terseret banjir. Bahkan tak sedikit pula yang tertimbun Lumpur bercampur pasir. Bahkan batang pohon berukuran besar dan kecil pun turut “singgah” di sejumlah bangunan dan rumah warga.
Akibatnya peristiwa ini, seluruh aktivitas baik pemerintahan, pendidikan, kesehatan maupun ekonomi di Kabupaten Wasior, Ibu Kota Kabupaten Teluk lumpuh total. Bahkan akses semisal layanan listrik di sejumlah titik putus total. Air bersih dan layanan komunikasi pun ikut terganggu. Ira, warga Wasior kepada Radar Sorong (grup JPNN) melaporkan, situasi Wasior bagai kota mati. ‘’Masyarakat belum bisa apa-apa. Banyak yang mengungsi di kantar bupati dan tempat ketinggian,’’ ujarnya.
Selain korban jiwa, kerugian materil yang dialami warga ditaksir mencapai milyaran rupiah. selain kehilangan tempat tinggal, harta kekayaan lain pun terbawa banjir. Bahkan tak sedikit warga yang hanya menyisakan pakaian di badan. Beberapa bangunan yang mengalami kerusakan cukup parah yaitu, pasar lama di kampung Waskam. Landasan pacu bandara Wargono yang tertimbun matrial yang mengakibatkan pesawat Susie Air masih tertahan. Selain itu, rumah sakit juga rusak parah. Kantor DPR, Kantor Bank Papua, Kantor PLN dan sejumlah sekolah mengalami kerusakan.
Korban banjir bandang di Wasior pun saat ini, sangat membutuhkan bantuan tenaga medis. Pasalnya, korban yang mengalami luka parah cukup banyak sementara jumlah tenaga medis yang ada (dirasakan) masih kurang. Alhasil, penambahan tenaga medis sangat diperlukan. Selain tenaga medis, bantuan lain semisal obat-obatan, air mineral dan bahan makanan juga sangat dibutuhkan. Bahkan bantuan tenaga medis dan obat-obatan yang diturunkan semalam, tidak mampu melayani banyaknya warga Wasior yang menderita luka-luka akibat banjir tersebut..
Dari musibah banjir bandang tersebut, Kepala Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Barat Decky Ampnir mengatakan, pihaknya telah diperintahkan Gubernur Papua Barat,Bram O Atururi untuk tetap berada di Wasior untuk mengkoordinir tanggap darurat. Peristiwa ini merupakan bencana yang sangat memprihatinkan semua orang dan perlu perhatian serius. Jajaran TNI/Polri mengirimkan personelnya untuk membantu proses evakuasi dan pembersihan di Wasior,Kabupaten Teluk Wondama,pasca diterjang banjir bandang,Senin (4/10) sekitar pukul 08.30 Wit. Keberangkatan,personel TNI/Polri ini dibagi dua gelombang. Pantauan Radar Sorong, gelombang pertama diberangkatkan dengan KRI Kalakay dari dermaga Fasharkan TNI-AL Manokwari. Ikut sejumlah personel TNI-AD dan TNI-AL. Sedangkan gelombang kedua,diberangkatkan 50 persenel polisi dari Polres Manokwari dan Brimob dipimpin Kabag Ops,AKP Yohanes Panyuwa dengan menggunakan kapal dari pelabuhan PPI (pangkalan pendaratan ikan) Sanggeng.
Kepala Fasharkan TNI-AL Manokwari,Letkol Laut (T) Eko Sunaryo kepada wartawan,kemarin menyatakan,pada hari pertama telah dikirim 1 tim kesehatan dan sejumlah personel dipimpin langsung Dandim 1703 Letkol Kav Edward Sitorus. Dan,kemarin,kembali dikirim tim kesehatan dan personel TNI. ‘’Tim evakukasi dan tim pembersih,kita berangkatkan tadi pagi,’’ tukasnya.
Sementara itu,aparat TNI/Polri dibantu warga sekitar bekerja keras membersihkan lumpur,kayu gelondongan serta bebatuan yang memenuhi dataran Wasior. Informasi yang diterima Radar Sorong, pemerintah pusat dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat akan meninjau lokasi banjir bandang yang melanda Wasior.
0 komentar:
Posting Komentar